Pola Pikir yang Memicu “Capek Mental”: Kenapa Kita Tidak Boleh Menangis?

image_pdfimage_print

Penulis: Nasya Nariyah

Gen Z di Indonesia semakin sering merasakan kelelahan, baik secara fisik maupun mental.  Dalam menghadapi burnout, yang ditandai dengan gejala seperti kelelahan terus-menerus, perasaan tidak berguna, kesulitan tidur, depresi, hingga membenci pekerjaan.

Menurut survei Populix pada Juli 2023, 27% dari 1.190 responden mengaku selalu merasa kelelahan. Sebanyak 21% dari generasi Z menyatakan bahwa mereka merasa tidak berguna, sementara 15% mengalami kesulitan tidur. Gejala lain termasuk depresi 11% dan mudah marah 10%. Ada juga 8% yang melaporkan sakit kepala sebagai gejala burnout, dan 3% mengakui merasa membenci pekerjaan.

Berdasarkan pendapat psikolog Dimas Alwin Haryono, S.Psi, lelah mental atau burnout adalah kondisi di mana seseorang mengalami tekanan psikologis yang dapat berasal dari berbagai sumber seperti hubungan sosial, pekerjaan, atau pola pikir individu. Dimas mengidentifikasi beberapa pola pikir yang dapat menyebabkan lelah mental:

1. Menangis dianggap sebagai kelemahan

Terkadang, masyarakat memandang menangis sebagai tanda kelemahan. Namun, sebenarnya menangis adalah bentuk ekspresi emosi yang manusiawi, bukan indikator kelemahan. Berpegang pada pola pikir ini dapat menyebabkan kelelahan emosional dan kebuntuan.

2. Keluar dari zona nyaman dianggap wajib

Meskipun banyak yang meyakini bahwa kesuksesan dapat diraih dengan keluar dari zona nyaman, namun memperluas batas zona nyaman juga dapat menjadi alternatif yang lebih bijak. Dengan mengadopsi pola pikir ini, kita dapat menghindari tuntutan yang berlebihan dan tidak perlu.

3. Selalu menjadi orang kuat

Menganggap bahwa harus selalu kuat dan mampu mengatasi segala masalah dapat menciptakan tekanan psikologis yang tidak perlu. Hidup memiliki naik turun, dan merasakan emosi seperti kecewa adalah bagian normal dari kehidupan.

4. Kewajiban untuk selalu produktif

Meskipun produktivitas positif, memaksakan diri untuk selalu produktif tanpa memberikan waktu untuk istirahat dapat menghasilkan dampak negatif. Manusia membutuhkan istirahat dan bukan mesin yang dapat beroperasi terus-menerus.

Sumber:

Pratiwi, Febriana. 2023. Ini Sederet Gejala Burnout yang Dialami Gen Z Indonesia.

 

Editor: Rehani Zaki Putri Muspara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *